Sumber: Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana, Materi Inti 3 dan 7
Secara global, terdapat sekitar 2 miliar orang mengalami kekurangan zat gizi mikro. Sedangkan di Indonesia, angka prevalensi anemia pada ibu hamil karena kekurangan Zat Besi semakin meningkat. Tentunya, hal ini sangat mengkhawatirkan, karena ibu hamil yang mengalami anemia akan melahirkan bayi dengan kondisi gizi yang bermasalah juga. Kekurangan gizi mikro dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
Pada situasi bencana, kondisi kekurangan zat gizi miro akan berpotensi semakin memburuk. Zat gizi mikro yang paling dibutuhkan dan harus diperhatikan dalam situasi darurat adalah Vitamin A, C, D; Zat Besi, Iodium, B1 (Thiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niacin). Oleh karena itu, upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulanginya adalah dengan memberikan suplementasi, fortifikasi, dan pendekatan berbasis makanan bagi para penyintas.
A. Suplementasi
Penambahan zat gizi mikro dalam bentuk yang mudah diserap tubuh seperti kapsul vitamin A, tablet Besi Folat, dll
B. Fortifikasi
Penambahan/pengkayaan produk makanan dengan zat gizi mikro dapat menjadi strategi yang efektif untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro
C. Pendekatan Berbasis Makanan
Vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk mencegah kekurangan gizi mikro tersedia di dalam berbagai sumber pangan. Kebijakan dan program harus memastikan peningkatan variasi asupan sumber pangan kaya gizi sepanjang tahun dengan jumlah dan kualitas yang baik (tepat, aman, memadai).
Beberapa jenis bantuan pangan yang difortifikasi adalah sebagai berikut:
Dalam penerapannya, penambahan Gizi Mikro mengacu pada prinsip panduan berikut:
Prinsip Panduan 1: Anak berusia 6-59 bulan, ibu hamil dan menyusui harus menerima banyak vitamin dan mineral selama keadaan darurat karena kelompok ini secara khusus rentan terhadap penyakit vitamin dan mineral serta konsekuensinya.
Prinsip Panduan 2: Anak berusia 6-59 bulan, ibu hamil dan menyusui harus menerima tambahan rutin dari satu asupan gizi yang direkomendasikan (RNI) atau vitamin mineral utama. Anak lebih muda yang mengonsumsi makanan yang diperkaya hanya menerima dua RNI setiap minggu.
Prinsip Panduan 3: Implementasi intervensi gizi tambahan lainnya harus diikuti dengan pemberian tambahan vitamin mineral yang banyak.
Prinsip Panduan 4: Persiapan vitamin dan mineral yang banyak saat ini tersedia untuk distribusi sebagai tambahan dalam keadaan darurat, termasuk bubuk, tablet yang dapat dihancurkan dan taburan. Jenis persiapan yang digunakan harus dipilih secara hati-hati dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari tiap-tiap produk, dalam konteks dari tiap-tiap situasi khusus.
Prinsip Panduan 5: Distribusi vitamin dan mineral yang banyak harus merepresentasikan peningkatan minimum dalam beban kerja kesehatan dan pekerja kemanusiaan di lapangan, serta harus efisien biaya.
Prinsip Panduan 6: Pendidikan dan advokasi harus terjadi beiringan dengan distribusi vitamin dan mineral yang banyak untuk memastikan keberhasilan penggunaan oleh penerima manfaat.
Prinsip Panduan 7: Pemantauan dan evaluasi yang hati-hati harus diimplementasikan sebagai bagian dari pelayanan program vitamin dan mineral yang banyak.
Prinsip Panduan 8: Pemberian vitamin dan mineral yang banyak harus terjadi hingga masa tanggap darurat berakhir dan akses terhadap makanan yang kaya akan vitamin dan mineral tercapai.
Komentar